MAKALAH
KITA PUN BISA SEPERTI CHINA
Vany Septriana
28210351
1EB22
UNIVERSITAS GUNADARMA
2011
***
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan limpahan nikmat, sehingga dengan nikmat itulah kami dapat menyusun tugas makalah.
Saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen mata kuliah softskill yang telah membantu saya mengerjakan makalah ini.
Semoga makalah yang saya buat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin.
Penulis
I. Indonesia bisa seperti China
Indonesia banyak memperlihatkan potensi untuk berkembang, terlebih lagi banyak kota kecil yang potensial untuk berkembang pesat di Indonesia. "Jika saya melihat China misalnya, mereka telah melihat kota tier ketiga dan empat, yang bisa disebut kota kecil. Jadi (di Indonesia) yang kita perhatikan sekarang ada kota kecil yang potensial, seperti Tasikmalaya," jelas TNS Global Chairman James Hall di Jakarta, Selasa (15/3/2011).
James menjelaskan, aktivitas komersial, pengeluaran untuk konsumsi, jumlah lapangan pekerjaan, tingkat permintaan akan barang-barang konsumsi, hingga penggunaan akan teknologi menjadi sejumlah indikator bagaimana suatu kota kecil berpotensi untuk tumbuh perekonomiannya
Perusahaan riset pasar yang sudah beroperasi selama 30 tahun di Indonesia ini memprediksi akan adanya migrasi dari kawasan rural ke kota-kota kecil dalam lima tahun ke depan. Selain itu, 15 persen populasi urban di kota kecil juga menandakan besarnya potensial bagi investasi.
Tingkat pemakaian produk konsumen bermerek pun masih rendah. Ini memperlihatkan adanya peluang investasi untuk berkembang. "Penggunaan susu bubuk masih rendah di kota kecil. Dan, ada permintaan untuk produk-produk konsumen ini," tambah Research Director Yanti Zen.
Secara keseluruhan, TNS melihat Indonesia akan bertumbuh seperti halnya China. Populasi yang besar, khususnya besarnya populasi yang berusia muda, iklim politik yang stabil, dan perkembangan PDB yang diperkirakan akan kuat untuk beberapa tahun ke depan, menjadi beberapa faktor yang menarik dari Indonesia bagi investor luar.
Beberapa perusahaan multinasional produk konsumsi pun mulai memperlihatkan minat untuk berinvestasi di Indonesia. "Saya mengerti Loreal (merek produk kecantikan) sedang membangun pabrik terbesar di dunia di Indonesia," jelas James menuturkan bagaimana besarnya ketertarikan investor asing berinvestasi di Indonesia.
:: Jakarta kompas.com
I. Indonesia bisa bersaing dengan China
Saat ini ekonomi dunia memang mulai didominasi China dan India, tetapi hal tersebut bukanlah hal yang mengerikan. Dalam beberapa bidang, Indonesia masih mempunyai peluang untuk bersaing dengan kedua negara tersebut.
Demikian dikatakan Menteri Perdagangan Marie Elka Pangestu saat menjadi pembicara utama dalam seminar yang bertajuk "China dan India menguasai Ekonomi Dunia, Bagaimana Indonesia Menghadapinya", di Hotel Nikko, Jakarta, Kamis (19/11). "Masih ada peluang bagi Indonesia untuk bersaing dengan China dan Indonesia," kata Marie.
Ia mengatakan, untuk dapat bersaing dengan China dan India, Indonesia harus memanfaatkan sektor yang tidak dimiliki keduanya. Indonesia dapat memanfaatkan pada sektor sumber daya alam yang berlimpah.
Selain itu, Indonesia juga harus memberikan nilai tambah pada produk yang dihasilkan. "Misalnya pasir besi, bagaimana kita meningkatkan nilai tambah. Tidak sama dengan yang lain, terutama dengan India dan China," ucapnya.
Bidang pariwisata, kata dia, juga masih berpotensi untuk menjadi salah satu sektor potensial. Animo wisatawan mancanegara terhadap obyek-obyek wisata yang ada di Indonesia tercatat cukup tinggi. Selain itu, para pengusaha juga harus jeli memanfaatkan pasar China yang ada di Indonesia.
Lebih jauh Marie mengatakan, semua langkah tersebut juga harus disinergikan dengan kondisi investasi dalam negeri. Dengan demikian, lambat laun teknologi China dan India dapat diadaptasi di Indonesia. "Jangan hanya barangnya yang dikirim, tapi harus ada investasi yang masuk," ucap dia.
Demikian dikatakan Menteri Perdagangan Marie Elka Pangestu saat menjadi pembicara utama dalam seminar yang bertajuk "China dan India menguasai Ekonomi Dunia, Bagaimana Indonesia Menghadapinya", di Hotel Nikko, Jakarta, Kamis (19/11). "Masih ada peluang bagi Indonesia untuk bersaing dengan China dan Indonesia," kata Marie.
Ia mengatakan, untuk dapat bersaing dengan China dan India, Indonesia harus memanfaatkan sektor yang tidak dimiliki keduanya. Indonesia dapat memanfaatkan pada sektor sumber daya alam yang berlimpah.
Selain itu, Indonesia juga harus memberikan nilai tambah pada produk yang dihasilkan. "Misalnya pasir besi, bagaimana kita meningkatkan nilai tambah. Tidak sama dengan yang lain, terutama dengan India dan China," ucapnya.
Bidang pariwisata, kata dia, juga masih berpotensi untuk menjadi salah satu sektor potensial. Animo wisatawan mancanegara terhadap obyek-obyek wisata yang ada di Indonesia tercatat cukup tinggi. Selain itu, para pengusaha juga harus jeli memanfaatkan pasar China yang ada di Indonesia.
Lebih jauh Marie mengatakan, semua langkah tersebut juga harus disinergikan dengan kondisi investasi dalam negeri. Dengan demikian, lambat laun teknologi China dan India dapat diadaptasi di Indonesia. "Jangan hanya barangnya yang dikirim, tapi harus ada investasi yang masuk," ucap dia.
;; Jakarta kompas.com
Kesimpulan
Kita sebagai warga Negara Indonesia harus bangga dan cinta produk Indonesia. Kita harus buktikan bahwa produk Indonesia tidak kalah dengan produk Negara lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar